Sabtu, 02 Januari 2010

Siapakah Dia

Assalamua’alaykum…
Langkah kedatangan tidak terdengar
Langkah kepergiannya pun tidak terdengar
Walaupun telinga ini mempunyai kemampuan yang lebih…lebih…dan lebih
Siapakah dia.,.,.,?????
Dia datang dan pergi
Tanpa permisi atau confirmasi dulu ke kita
Emang tidak sopan (kalo dipikirkan)
Siapakah dia.,.,.,????
Seenaknya…
Semaunya…
Sesukanya…
Tapi itu sudah digariskan
Sudah kehendak
Dan sudah takdir
Pasti dia datang kepada kita semua
Secara bergiliran (bisa)
Secara serentak sekaligus 2 atau lebih mungkin sampe 50, 100, 1000 dan seluruhnya (bisa)
Dia tidak mengenal siapapun yang dia datangi
Baik itu kaya, miskin, muda, tua, bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa sekalipun masih dalam bentuk embrio ataupun janin, dan juga laki-laki, wanita, sekalipun itu waria. Dan seorang pengusaha, karyawan, buruh, pegawai, pedangang, murid sekolah, anggota dewan, sekalipun seorang pemimpin. Dia akan datang….
Dan baik itu juga yang cacat ataupun sempurna. Pasti dia akan mendatanginya (wahhh…apa gak capek tu,,,,!!!)

Dia datang tanpa segan-segan sama kita, tanpa malu-malu. Dia tidak takut pada siapapun kecuali yang memerintahkannya yaitu SANG PENGUASA.
Apakah kita mengenal dia…???
Ya kita mengenalnya...
Apakah kita sempat berpikir dia akan datang,,,,???
Mau apa dia datang kepada kita semua,,,,??? Maksud dan tujuannya,,,,???
Kita sudah tau tujuannya.
Oohhh iya dia juga tak mengenal untuk datang ke kita baik itu pada saat kondisi kita sakit ataupun sehat, dan saat waktu subuh, pagi, siang, sore, malam, sekalipun tengah malam.
Kita tidak tau dia datang kapan..??? maka mulai sekarang kita persiapan semuanya untuk menyambut kedatangan tamu yang tak terduga itu. Jangan kita sampe lalai menyiapkan itu semuanya. Saat dia datang baru kita siapkan semuanya, kan membuat dia menunggu. Dia tak menunggu lama. Karena kesibukannya lebih banyak. Buatlah dia senang dengan kita.
Apakah kita sudah menyiapkannya,,,??? Lihat kembali diri kita, apakah sudah siap???
Okey sekarang kita siapkan semuanya, ayo…bergerak. Lekas dengan segera jangan ditunda-tunda untuk esok hari.
Siapkan semua yang dia butuhkan dan apa yang diperlukannya. Ini tamu sangat istemewa.
Pelayanan saat menyambut dia itu dibutuhkan. Hidangan untuk tamu itu juga dibutuhkan. Terutama hidangan yang intinya atau yang pokoknya. Sepertinya kita menyambut tamu yang biasanya. Contoh hidangannya, hindangan pembuka, inti / pokok, dan penutup.
Kalo hidangan pembuka tidak ada, ya…gak apa-apa. Tapi lebih bagus harus ada. Begitu juga dengan penutup.
Hidangan inti / pokok (amalan wajib)
Hidangan pembuka dan penutup itu (amalan sunah dan aqidah serta akhlak)
Ingat…ingat itu semua. Okey…
Pasti dia akan datang. Bisa sekarang, mungkin besok ataupun bulan depan dan tahun depan. Kita gak tahu kapan datangnya. Yang penting kita harus bersiap.
Dia akan datang langkah demi langkah ke kita semua. Diri ini tinggal berapa langkah lagi yaa….
Ayo…mari kita siapkan itu semuanya…
Dan selalu ingat…
Rasulullah bersabda,
“Hendaklah kalian memperbanyak mengingat kematian.” (HR. Athb Thabrani dengan sanad hasan)
Dari abdullah bin Umar, ia bercerita :
“Aku pernah mendatangi Nabi saw sebagai orang kesepuluh, dari sepuluh orang yang mendatangi beliau saat itu. Kemudian seseorang dari kaum Anshar berdiri dan bertanya : Wahai Nabi Allah, siapakah orang yang paling cerdik dan terkuat pendiriannya? Beliau menjawab : Yaitu orang yang terbanyak mengingat kematian dan yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulah orang yang paling cerdik, di mana mereka berangkat dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat.” (HR. Ath Thabrani)
Dengan mengingat kematian itu sebagai ibadah buat kita.
Tapi jangan mengaharap kematian itu datang, karena dimakruhkan bagi kita mengharapkan kematian atau mendoakan kematian bagi dirinya yang disebabkan oleh kematian suami, anak atau karena kemiskinan, penyakit maupun cobaan lainnya.
Hal ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan Anas bin Malik ra, di mana ia menceritakan; bahwa Rasulullah bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian mengaharapkan kematian akibat kesengsaraan yang dialami. Andaikata harus berharap untuk itu, maka hendaklah ia mengucapkan: Ya Allah, biarkanlah aku tetap hidup jika memang hidup itu yang terbaik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagi diriku.” (HR. Jamaah)
Mari…ayo…berbenah diri. Kembali bermuasabah…
Wassalam…

Tidak ada komentar: